Perwakilan Lippo Group, John Riady tidak terlihat di acara khusus-undangan
Macquarie Indonesia Telecoms and Ecommerce Conference
di Jakarta beberapa waktu lalu. Walaupun begitu acara ini tetap
dihadiri oleh para pemain teknologi Indonesia termasuk perusahaan
telekomunikasi besar di Indonesia dan Menkominfo Rudiantara. Alih-alih
datang ke acara, John yang mengepalai kerjasama e-commerce terbesar di
Indonesia, MatahariMall, tampak berfokus dalam membangun toko online
tersebut.
Bulan lalu, Lippo Group Indonesia menyalurkan dana sebesar
USD 500 juta ke dalam MatahariMall dengan harapan membangun sebuah website
business-to-consumer yang akan menjadi “Alibaba-nya Indonesia” – seperti dikutip dari
public relation perusahaan tersebut.
Sebagai cucu dari founder Lippo Group, Mochtar Riady, John adalah sebuah sosok
high-profile
di dalam ranah bisnis dan media Indonesia. Dia adalah seorang remaja di
masa kejatuhan Soeharto. Dengan minat awal terhadap politik, John
belajar di Georgetown University Amerika Serikat, dimana ia belajar
filosofi politik dan ekonomi sebelum kembali ke Indonesia dan membuat
sebuah media lokal berbahasa Inggris, majalah
GlobeAsia dan koran
The Jakarta Globe. Dia lalu membeli
Investor Daily Indonesia.
Namun menurut John, “tidak ada uang yang bisa dihasilkan di media” saat
ini, oleh karena itu ia mulai memindahkan fokus ke e-commerce.
Investasi ini merupakan salah satu yang diumumkan ke publik di ranah
e-commerce Indonesia. Akan tetapi, sangatlah penting untuk dicatat bahwa
MatahariMall bukanlah sebuah startup – secara harfiah – namun lebih
sebuah bisnis perusahaan. Jadi tidaklah akurat untuk mengatakan bahwa
investasi tersebut merupakan yang terbesar di ranah teknologi tanah air.
Marketplace
consumer-to-consumer Tokopedia masih bisa mengklaim gelar tersebut dengan pendanaan sebesar
USD 100 juta yang mereka dapatkan dari Sequoia Capital dan SoftBank.
Lazada bukan pihak yang lemah
John mengatakan dengan lantang bahwa perusahaannya tidak merasa
terintimidasi oleh Rocket Internet, yang bisa dibilang sebagai pemain
startup teknologi paling agresif di Asia Tenggara.
Lazada Indonesia milik Rocket Internet – yang mungkin merupakan website e-commerce
business-to-consumer
terbesar di tanah air saat ini – kini akan mempunyai kapasitas lebih
besar untuk meraup penjualan. CEO Lazada Group, Maximillian Bittner baru
saja
mengumumkan minggu ini bahwa Lazada akan menyerap sumber daya dan anggota tim
Lamido, website e-commerce
consumer-to-consumer. Awal minggu ini, kami
melaporkan
bahwa Lazada Group telah menerima pendanaan sebesar USD 686 juta, dan
saat ini mempunyai valuasi sebesar USD 1,25 miliar. Namun dengan kantong
tebal miliknya dan perpanjangan tangan di beberapa bisnis lokal, John
tampak tidak peduli dengan hal tersebut.
“Saya tidak tahu apa yang Lazada sedang lakukan. Itu tidak
mempengaruhi strategi kami,” ujar John. “Kami mempunyai budget yang
lebih besar dari mereka dan kami mempunyai tim yang lebih baik […]
Mereka mempunyai fokus di sembilan negara berbeda. Kami hanya berfokus
di Indonesia. Kami sudah melakukan penjualan pada konsumen Indonesia
selama 40 tahun terakhir. Kami tahu apa yang mereka mau, apa yang mereka
akan beli, dan dalam rentang harga berapa.”
John mengklaim bahwa bahkan sebelum website mereka resmi diluncurkan,
yang dia sebutkan akan terjadi akhir bulan ini, MatahariMall sudah
mengumpulkan produk untuk dijual (SKU) lebih banyak dari perusahaan
e-commerce di Indonesia lainnya. “Dari sisi sumber daya, kami merasa
kewalahan dengan jumlah
merchant yang ingin bergabung di dalam
platform kami,” ungkap John. “Kami mendaftarkan sebanyak mungkin
merchant dalam kurun waktu satu minggu dibanding pemain lain dalam kurun
waktu 12 bulan.”
Akan tetapi, perlu diingat bahwa ketika berbicara mengenai
e-commerce, lebih dari satu listing SKU dapat muncul untuk produk yang
sama jika produk tersebut ditawarkan oleh lebih dari satu vendor.
Sebagai contoh, jika baik itu
Hartono
dan toko elektronik lainnya menjual iPad Air di MatahariMall, maka itu
dapat dihitung sebagai dua SKU. Mengingat hal tersebut, angka SKU yang
besar dapat membantu seseorang menggambarkan skala dan seberapa banyak
partner yang dimiliki oleh Lippo Group.
John tidak malu untuk mengakui angka tinggi SKU yang dimiliki berkat
kepemilikan Lippo Group terhadap toko Matahari dan Hypermart, dan juga
kerjasama yang dimiliki konglomerat ini dengan beberapa bisnis besar
lainnya di Indonesia.
John mengatakan bahwa ia tidak mempunyai posisi untuk mengungkapkan jajaran tim MatahariMall. Namun, ia meyakinkan
Tech in Asia bahwa ada beberapa “
superstar” yang namanya akan diumumkan ke publik secepatnya. Kami tahu bahwa Yiping Goh, CEO
All Deals Asia dari Singapura ada di dalam tim ini sebagai salah satu founder serta kepala produk dan teknologi.
Konsep dari MatahariMall mempunyai sebuah tim elit dan rahasia cukup
menggugah dalam beberapa alasan. Yang paling utama adalah beberapa
sumber telah menuduh Lippo mendekati beberapa pemain e-commerce lokal
dan menawarkan gaji lebih banyak dua kali lipat jika bergabung dengan
MatahariMall. Menanggapi hal ini, John dengan santai menyebut hal itu
sebagai spekulasi. Ia berkata:
Ini adalah dunia yang kecil, bukan. Ini bukan sekedar
‘sini, saya gandakan gaji Anda, dan bergabunglah dengan kami!’ Ini
adalah tentang sebuah visi untuk membangun perusahaan e-commerce
terbesar di Indonesia. […] Tentu saja semua pegawai kami sukses […]
namun bukan hanya sekadar masalah menggandakan gaji.
Online-to-offline bisa jadi ramuan yang tepat
Mungkin argumen yang paling menarik tentang bagaimana MatahariMall
dapat mengalahkan Lazada Indonesia di tanah air adalah bagaimana ia
merupakan satu-satunya e-commerce yang menawarkan layanan
online-to-offline
(O2O). Serupa dengan apa yang dilakukan Walmart di Amerika Serikat
beberapa tahun lalu, konsumen dapat membeli melalui website
MatahariMall, kemudian masuk ke dalam toko Matahari dan mengambil barang
mereka atau mengembalikan ketika ada masalah.
John tidak menyebutkan toko lainnya yang bisa diakses fitur O2O
MatahariMall, namun jika memang website tersebut membatasi fitur ini ke
138 lokasi toko Matahari dan Hypermart, implikasinya akan sangat
signifikan. Menurut John, ketika website tersebut diluncurkan beberapa
minggu lagi, semua kota di Indonesia dengan populasi lebih dari 500.000 –
dimana di situ terletak toko Matahari – akan bisa menggunakan fitur
O2O.
Meskipun MatahariMall mempunyai kantung tertebal di Asia Tenggara dan
kemampuan untuk menciptakan divisi baru dengan mudah, minggu lalu Lippo
juga
mengumumkan bahwa mereka telah memilih
aCommerce
untuk menangani kebutuhan perusahaan tersebut dan melakukan online
marketing, sembari bertindak sebagai konsultan untuk operasi internal
perusahaan.
Setelah melewati tahapan
consumer-to-consumer yang dilakukan pemain lokal lain seperti Tokopedia dan
BukaLapak, John mengatakan bahwa masa depan MatahariMall adalah untuk membuka peluang
business-to-business,
dan juga masuk ke dalam ranah e-commerce belanja harian. Untuk
kebutuhan belanja harian, website ini akan bersaing langsung dengan
website seperti
HappyFresh, sebuah startup pengiriman belanja dan
diluncurkan minggu ini di Jakarta serta Kuala Lumpur.
Akan tetapi, John tetap optimis bahwa ia bisa menikung toko online
lokal. “E-commerce dan retail adalah permainan yang sangat lokal,” ujar
John. “Jika Anda melihat ke negara lain, pemenangnya adalah pemain
lokal. Saya rasa tidak ada tim lain di Indonesia yang bisa mengeksekusi
strategi e-commerce lebih baik dari kami.”
(Diedit oleh T. R. Husada)
sumber : http://id.techinasia.com/strategi-mataharimall-mengalahkan-rocket-internet/