Wednesday, 22 April 2015
Menatap Indahnya Ranu Kumbolo dari Atas Tanjakan Cinta
BEBERAPA gunung-gunung tinggi menjulang di Jawa Timur. Salah satu yang jadi primadona untuk petualangan akhir pekan adalah Gunung Semeru. Mengabadikan setiap lekuk indahnya menghadirkan kepuasan tersendiri. Cantik!
Beberapa gunung-gunung tinggi yang menggoda untuk didaki di antaranya adalah Arjuna (3.339 mdpl), Raung (3.332 mdpl), Lawu (3.265 mdpl), Argopuro (3.088 mdpl). Tentu kita tidak akan melupakan gunung tertinggi di pulau Jawa yaitu gunung Semeru yang terletak di ketinggian 3.676 mdpl.
Perjalanan saya kali ini telah diputuskan. Menyapa puncak tertinggi Jawa, Gunung Semeru. Saya adalah pendaki pemula yang baru mulai kegiatan mendaki setahun terakhir. Akhirnya, saya dan teman memutuskan bahwa Semeru adalah tujuan kami selanjutnya.
Tiket kereta ekonomi Pasar Senen-Malang (PP) yang sudah dipesan jauh-jauh hari membuat saya mendapatkan harga yang sangat bersahabat. Kereta meninggalkan Stasiun Pasar Senen pada pukul 13.40 WIB. Perjalanan diperkirakan akan memakan waktu kurang lebih 13 jam. Kereta sampai di stasiun Malang ketika waktu di jam tangan menunjukkan pukul 07.30 WIB.
Dengan menggunakan angkutan kota, kami bergerak meninggalkan Stasiun Malang menuju Terminal Arjosari. Tiba di Arjosari, kami masih harus melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan kota, yaitu menuju Pasar Tumpang dan Rest Area. Rest Area adalah tempat dimana kami dapat menyewa mobil jeep atau truk untuk menuju Ranu Pane, titik awal pendakian. Tidak lupa kami melengkapi perbekalan dan logistik untuk perjalanan kami selama tiga hari ke depan.
Kami sempat berkenalan dengan beberapa pendaki lain yang berasal dari kota yang sama dengan kami dan memutuskan untuk membuat grup agar memudahkan pembuatan simaksi (surat izin masuk lokasi). Perjalanan dari Pasar Tumpang menuju Rest Area hanya memakan waktu tiga puluh menit saja. Jalanan menanjak dan udara yang semakin dingin menyadarkan bahwa kami mulai memasuki dataran yang lebih tinggi.
Saya membantu teman-teman menyiapkan simaksi kami, sementara beberapa teman lainnya sedang nego harga sewa truk yang nantinya akan mengangkut kami menuju Ranu Pane. Setelah sempat beristirahat sebentar dan beribadah, kami segera melanjutkan perjalanan dari Rest Area menuju Ranu Pane memakan waktu kurang lebih dua hingga tiga jam. Jalanan berkelok, berlubang, menanjak, dan sempit memberikan sensasi mendebarkan untukku yang notabene adalah seorang pensayat.
Akhirnya kami tiba di Pos Ranu Pane, setelah pembayaran dan pengecekan simksi, kami mendapat briefing singkat dari tim relawan yang ikut mengelola kawasan Taman Nasional tersebut. Mereka memastikan semua peralatan kami lengkap, terlebih lagi sleeping bag serta tenda untuk menghindarkan kami dari serangan udara dingin.
Kami meninggalkan Pos Ranu Pane pukul 15.30 WIB. Bersama-sama dengan teman pendaki lainnya kami memulai perjalanan kami. Tutupan pohon yang terbilang rapat melindungi kami dari sengatan matahari langsung. Rombongan kami terdiri dari 15 orang, hanya dua orang wanita (termasuk saya) pada rombongan tersebut. Pendaki wanita tadi memiliki pengalaman yang tidak bisa diremehkan, ia telah berhasil menaklukkan beberapa gunung di Jawa Barat.
Sepanjang perjalanan diwarnai dengan obrolan ringan, mengenal lebih jauh rekan satu rombongan, berbagi minuman/makanan, dan tidak lupa untuk saling menyemangati ketika lelah. Suhu mulai turun, membuat udara disekitar semakin dingin, dan memaksa saya mengenakan jaket untuk menghangatkan tubuh. Di track menuju Ranu Kumbolo, jika cuaca bagus, kita bisa melihat tingginya Gunung Semeru yang menjulang dengan gagahnya.
Setelah sempat berhenti dan beristirahat beberapa kali, pukul 20.30 WIB kami sampai di Ranu Kumbolo. Udara semakin dingin di sini. Kusadari udara yang kuhembuskan dari mulu mengeluarkan asap yang cukup tebal. Setelah menemukan spot yang pas, kami mendirikan tenda kami bersisian dengan pendaki lainnya. Lampu-lampu yang berasal dari tenda lain terlihat indah di tengah kegelapan malam.
Karena kondisi fisikku yang drop dan kelelahan, akhirnya diputuskan saya dan satu orang teman tidak ikut summit hingga puncak Semeru dan melanjutkan bermalam di Ranu Kumbolo. Keesokan harinya saya mencoba mengabadikan keindahan danau Ranu Kumbolo dengan kamera saya. Tersenyum dan mengagumi betapa indahnya alam Indonesia. Tidak kalah dengan keindahan alam di luar negeri sana.
Setelah sarapan, saya memutuskan untuk mencoba Tanjakan Cinta yang terkenal itu. Begitu saya mencobanya, tanjakan tersebut sama sekali tidak ada cinta-cintanya, terjal malahan, dan cukup menguras energi. Kunikmati pemandangan danau Ranu Kumbolo dari atas sana. Sangat luas, indah, dan menghipnotis.
Bulan Mei adalah salah satu bulan terfavorit bagi pendaki. Kenapa? Karena bulan itu menjadi bulan dimana padang Oro-oro Ombo di kaki gunung Semeru dipenuhi bunga berwarna ungu, yang kemudian disebut Lavender oleh para pendaki. Benar saja, saya sendiri menyaksikan Oro-oro Ombo yang terletak di balik Tanjakan Cinta dipenuhi warna ungu nan indah dan cantik. Bonus yang sangat memuaskan untuk perjalananku kali ini.
Setelah kembali bermalam di Ranu Kumbolo, keesokan harinya saya dan teman memutuskan untuk turun gunung. Kami meninggalkan Danau Ranu Kumbolo pukul 08.00 WIB, dan sampai di Pos Ranu Pani pada pukul 11.00 WIB. Membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk turun daripada ketika naik.
Sampai di Stasiun Malang, saya dan teman-temanku membersihkan tubuh dengan mandi, kemudian menyantap soto di pinggiran stasiun. Kereta kami berangkat meninggalkan stasiun Malang pukul 14.00 WIB dan sampai di Stasiun Pasar Senen keesokan harinya, pada pukul 07.00 WIB. Meskipun tidak bisa menyapa matahari di puncak Semeru, tapi saya cukup puas bisa memandang indahnya danau seluas 14 hektar, Ranu Kumbolo dari atas Tanjakan Cinta.
sumber : detik
Editor: Ihan Nurdin
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment