Wednesday, 22 April 2015

Apakah Xiaomi Redmi 2 lawan yang sepadan bagi Android One? (REVIEW)


Apa yang ada di pikiran Anda ketika mendengar smartphone berharga Rp1 juta? Berasal dari vendor yang tidak pernah Anda dengar sebelumnya, tampilannya sangat sampah, dan setiap Anda memasukkan smartphone ini ke dalam saku celana muncul perasaan was-was bila barang murahan itu tiba-tiba meledak? Kehadiran Xiaomi pada pertengahan 2013 dengan seri Redmi pertamanya mengubah pandangan itu.
Dua tahun berselang, Xiaomi menghadirkan Redmi 2, sebagai pengganti Redmi 1S. Tentu saja versi baru ini hadir dengan varian warna yang lebih banyak dan tentunya teknologi yang lebih baru. Harga yang ditawarkan tetap pada rentang yang sama – pada kisaran USD110 (Rp1,5 juta) di setiap negara yang menjual produk ini.

Ketika kami mengulas Redmi generasi pertama dulu, kami sangat terpukau dengan performa yang ditawarkan terlepas dari harganya yang terjangkau. Namun jalan Redmi 2 untuk bisa mendapatkan impresi yang sama jelas tidak akan semudah itu, karena kini makin banyak vendor smartphone lain dengan kualitas yang layak diadu. Google bahkan ikut menceburkan diri ke pasar ini dengan merilis Android One. Bagaimana tidak, Anda bisa mendapatkan OS terbaru dan kepastian update, yang sebelumnya jelas tidak akan Anda temukan.



Redmi 2 kini tersedia di India, Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Malaysia. Xiaomi mengatakan perangkat ini juga akan hadir di sejumlah negara lainnya. Berikut adalah perbandingan spesifikasi Redmi 2 dengan Android One.

 

Hardware

Perubahan yang terjadi memang tidak terlalu banyak sejak pertama kali diluncurkan di tahun 2013. Penambahan fitur 4G adalah pilihan yang tepat karena sejumlah negara di Asia mulai mengaplikasikan teknologi ini. Ukuran layarnya masih berukuran 4,7 inci 720p HD, namun lebih baik ketimbang pendahulunya.


Perubahan paling kentara di seri terbaru Redmi 2 adalah varian warna yang lebih banyak, yakni putih, hijau, kuning, dan merah muda. Sayangnya, pasar di luar China hanya akan mendapat warna putih karena alasan yang belum diketahui, sehingga Anda tidak akan mendapat pilihan.

Saat digenggam, Redmi 2 dengan lapisan bahan matte membuat Anda yang mudah berkeringat tidak akan kesulitan memakainya. Selain itu, penggunaan bahan ini membuatnya lebih terkesan premium. Tidak digunakannya desain unibody, membuat Anda bisa mencopot baterai dan memasang kartu SIM di kedua slot dengan mudah.

Penggunaan prosesor Qualcomm Snapdragon 410 dan RAM 1 GB adalah hal yang lumrah bila melihat banderol harga yang ditawarkan. Kamera depannya berkekuatan 2 MP dan 8 MP untuk kamera belakang. Namun jangan berharap lebih dengan kameranya – akan dijelaskan nanti.

Redmi 2 memiliki ruang penyimpanan 8 GB, namun MIUI dan sejumlah aplikasi Google yang sudah terpasang di dalamnya (menjadi standar bagi versi yang dijual di luar China), cukup banyak memakan ruang.

Unit review yang kami pakai menunjukkan bila sisa ruang penyimpanan internal menjadi hanya 5,75 GB saja, yang artinya hanya tersedia 4,66 GB. Ini artinya separuh dari ruang yang tersedia akan terpakai sebelum Anda meng-install aplikasi atau game yang Anda suka. Namun jangan khawatir, Redmi 2 menyediakan slot microSD, yang memungkinkan tersedianya ruang penyimpanan tambahan 32 GB.


Di bagian bawah layar, Anda akan menemukan tiga tombol kapasitif (yang sayangnya tidak disertai backlight), port earphone (di atas), dan port microUSB (di bawah). Tidak adanya backlight pada tiga tombol tadi rasanya cukup membingungkan, dan tidak jarang saya keliru menekan tombol back, karena jari mengarah terlalu ke kanan.

Kesan ringkih yang biasanya ditemukan pada smartphone berharga terjangkau kini tidak ditemukan lagi. Semua tombol fisik yang sekilas terlihat seperti metal sebenarnya adalah plastik, namun tetap terasa nyaman. Meski begitu, varian Redmi yang rata-rata berharga terjangkau ini dihantui dengan sejumlah masalah seperti performa yang menurun setelah pemakaian setahun, dan beberapa masalah pada kamera.

Performa

Game favorit saya saat ini adalah Real Racing 3. Tingkat realistisnya sangat tinggi dan kendali tiap mobil terasa berbeda. Sedikit catatan, saya berhasil melalui trek yang cukup sulit di Melbourne, nyaris menabrak tembok dengan jarak beberapa milimeter saja dan berhasil menjadi juara dengan Camaro kesayangan.

Game pertama yang saya install di Redmi 2 adalah Real Racing 3, namun awalnya saya tidak yakin game ini akan berjalan normal, karena ketika mencoba di Nexus 7, saya pun tidak dapat memainkannya. Namun pada kenyataannya, game ini bisa dimainkan dengan lancar di Redmi 2. Notifikasi yang muncul sepanjang permainan memang terasa sedikit menjengkelkan (sebelum game memasuki mode pause secara otomatis), berpotensi membuat Anda keluar lintasan, namun terlepas dari itu game ini berjalan mulus. RAM 1 GB yang awalnya memperkuat dugaan bila Redmi 2 tidak akan kuat memainkan game-game semacam ini, ternyata sukses menipu saya.


Meski begitu, penggunaan RAM 1 GB di smartphone ini nampak terlalu dipaksakan. Sekali Anda membuka banyak aplikasi sekaligus, RAM yang tersedia hanya 100 MB. Ketika tidak membuka aplikasi apapun, penggunaan RAM mencapai 70 persen. Baterai berkapasitas 2.200 mAh memang tidak besar, namun cukup untuk penggunaan normal selama sehari, dan ini menjadi keunggulan tersendiri dibandingkan kompetitornya.

Layar dan suara

Layar Redmi dengan resolusi 720p terbilang tajam dan menghasilkan warna yang ramah di mata. Penggunaan layar HD membuat Xiaomi unggul ketimbang Android One, yang masih menggunakan layar non-HD. Sementara untuk suara, seperti kebanyakan smartphone Xiaomi, suara yang dihasilkan keras – bahkan terlalu keras. Hal ini membuat terasa kurang nyaman saat digunakan untuk memutar musik, namun cocok untuk bermain game.

Software dan fitur

Android One sebagai rival Redmi 2 nampaknya sudah berhasil mendapatkan formula rahasia Xiaomi – sebuah smartphone yang tangguh namun terjangkau – sehingga persaingan kian sengit. Beberapa pihak menyebut Android One unggul dengan sejumlah aplikasi milik Google dan update yang lebih cepat. Seperti kita ketahui, Android One telah dibekali dengan sistem Android 5.0.1, sementara Redmi 2 masih menggunakan Android 4.4 yang dibalut MIUI V6.


Sebagaimana yang juga digunakan pada Xiaomi Mi Note, MIUI V6 hadir dengan sejumlah pembaruan. Tampilan di Redmi 2 sama menariknya dengan Mi Note. Saya sendiri bukan penyuka skin Android, namun milik Xiaomi adalah yang terbaik.

MIUI menambahkan sejumlah fitur yang berguna dan tidak akan ditemukan di Android standar, seperti pengaturan notifikasi. Ini rasanya sangat berguna, karena kebanyakan developer aplikasi memaksa pengguna melihat notifikasi dan mengakses aplikasinya lagi. Namun Xiaomi berhasil menghilangkan hal menyebalkan ini, dan jelas memudahkan pengguna. Anda berhak atas kendali dari beragam aplikasi – mirip dengan yang digunakan pada iOS, meskipun Xiaomi sudah pernah melakukan hal yang sama sejak versi pertama MIUI – memungkinkan Anda memilih aplikasi mana yang akan menampilkan notifikasi dan mana saja yang akan menampilkannya di home screen atau lockscreen. Dalam pengujian kami, ini menghindari aplikasi untuk berjalan di background – sesuatu yang tidak memungkinkan terjadi di Android versi stock – yang tentunya akan memperpanjang daya tahan baterai.

Xiaomi-Redmi-2-review-photo-06 

Sebagai tambahan, MIUI telah memberikan sejumlah tambahan, seperti jadwal “bebas gangguan”, notifikasi lewat LED dengan berbagai pilihan warna, dan pengaplikasian theme yang sangat mudah. Keberadaan Mi Cloud memudahkan back-up foto; dan tidak mengganggu seperti Google+. Layanan cloud dari Xiaomi juga memungkinkan Anda menemukan perangkat Anda dari berbagai browser (gambar bisa dilihat di atas), seandainya smartphone dicuri atau hilang.

Sisi buruknya, MIUI juga menghilangkan sejumlah fitur dari Android. Tidak ada notifikasi interaktif yang memungkinkan Anda membalas atau menghapusnya, notifikasi hanya akan muncul bila Anda menekan nomor yang tidak terlihat jelas di bagian bawah layar. Anda juga tidak akan mendapatkan fitur baru pada Android 5.0 pada Redmi 2, seperti ‘multiple user’ atau ‘guest mode’ yang berguna ketika ada teman meminjam smartphone Anda. Meski begitu, MIUI juga dibekali dengan sejumlah fitur yang diusung Google sejak versi 5.0 seperti mengatur aplikasi agar tetap muncul saat melakukan multitasking dan mengakses penggunaan data Anda secara cepat.

Kamera

Kamera adalah salah satu kelemahan pada Redmi 2. Ya, kekuatannya memang 8 MP, namun bila Anda sering membaca berbagai blog, maka pastinya paham bila megapixel adalah kebohongan. Redmi 2 adalah contohnya. Dengan 8 MP yang sama dengan iPhone 6, kualitas hasil jepretan yang dihasilkan tidak akan pernah sama.

Xiaomi-Redmi-2-review-photo-07 

Saat digunakan untuk menangkap objek dengan paparan matahari kuat ataupun mendung, kamera smartphone ini terkadang terasa payah. Namun, Anda bisa menggunakan pengaturan white balance untuk membuat hasil foto Anda lebih bagus. Meskipun begitu, di area dengan pencahayaan cukup, hasil foto yang didapat juga sering terasa kurang tajam. Jangan tertipu dengan 8 MP di atas kertas – kameranya sendiri tidak bisa dibilang baik, meskipun bukan hal yang terlalu mengecewakan dengan harga yang dipatok. Namun untuk Anda yang gemar membagi foto ke media sosial, hasil foto yang didapat masih nyaman di mata. Sementara dalam mode video, ada opsi ‘fast motion’ namun tidak ada fitur ‘slow motion’.

Redmi-2-camera-collage 

Beberapa hasil jepretan dari kamera Redmi 2 tanpa melalui proses edit bisa dilihat di sini.

Kesimpulan

Redmi 2 serupa dengan mobil Skoda Fabia, sehingga tidak adil rasanya bila harus membandingkannya dengan produk lain yang harganya berkali-kali lipat lebih mahal. Redmi 2 tidak akan mencuri pasar pengguna iPhone 6, sama seperti halnya Skoda Fabia yang tidak akan menarik pengguna BMW X5.

Xiaomi-Redmi-2-review-photo-08 

Seperti layaknya smartphone berharga terjangkau lainnya, jelas bila pasar dari smartphone ini adalah orang-orang yang hanya rela merogoh kocek sebesar USD100 hingga USD150 (Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta) untuk sebuah smartphone, sehingga jangan berharap lebih akan ada keajaiban fitur seperti layaknya perangkat dengan harga yang lebih mahal. Bila Anda sudah memahami konteks ini, maka Redmi 2 jelas sudah memiliki segmen pasar tersendiri dan akan menjadi pesaing kuat Android One, dengan spesifikasi yang sedikit lebih baik. Bahkan lebih baik dari sejumlah nama besar dengan kisaran harga USD200 (Rp2,8 juta) seperti HTC Desire 610. Secara keseluruhan, Redmi 2 memuaskan kecuali kameranya.

Meski Redmi adalah rajanya smartphone versi murah di 2013, rasanya tidak demikian di 2015. Sebelum memutuskan untuk membeli Redmi 2, ada baiknya Anda menggali info sebanyak-banyaknya mengenai Android One – di Indonesia ada tiga vendor yang menjual smartphone ini dan barangkali aplikasi bawaan Google lebih menarik bagi Anda.

Kelebihan Redmi 2:
  • Body kokoh
  • Cukup nyaman untuk bermain game-game berat
  • Layar tajam
  • Pilhan menarik dengan banderol harga USD110 (Rp1,5 juta)
Kekurangan Redmi 2:
  • Kamera tidak mencerminkan kemampuan 8 MP yang sebenarnya
  • OS Android belum yang terbaru
  • RAM 1 GB tidak cukup untuk menjalankan MIUI dengan mulus sepanjang waktu
  • Perlu microSD tambahan untuk mendapatkan kapasitas penyimpanan yang lega

(Diterjemahkan oleh Pradipta Nugrahanto dan diedit oleh Lina Noviandari)



sumber : http://id.techinasia.com/review-xiaomi-redmi-2-vs-android-one/ 

No comments:

Post a Comment